Sebagaipenganut madzhab Syafi'i di Indonesia, sudah sepantasnya kita mengetahui apa saja kitab-kitab penting karya Imam Syafi'i dan kitab-kitab buah karya ulama Syafi'iyah. Karena dalam mempelajari fikih, cara terbaik adalah dengan menguasai fikih madzhab di negeri masing-masing [1]. Karya Besar Imam Syafi'i Imam Syafi'i telah menghasilkan beberapa karya tulis, di antaranya: 1
MazhabSyafi'i (bahasa Arab: الشافعية, translit. al-syāfi'īyah ) adalah mazhab fikih dalam Sunni yang dicetuskan oleh Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i pada awal abad ke-9. Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir selatan, Arab Saudi bagian barat, Suriah, Kurdistan, Indonesia, Malaysia, Brunei, Filipina, pantai
PETUAHIMAM SYAFI'I. Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Alangkah bodohnyanya jika kamu mendapatkan kijang (binatang buruan) Namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia. Diposting oleh Aliev Alexander Zara Ghaza
2 Pada bait kedua Imam Syafi'i menyebutkan bahwa beliau tidak 'memandang' seseorang yang tidak 'memandangnya', maksudnya adalah beliau tidak akan menghormati orang yang tidak bisa menghormati orang lain. 1 komentar untuk "Mahfudzot Kelas 4 KMI Gontor Beserta Arti dan Penjelasannya (6)" Unknown 12/4/22 09:36. Alhamdulillah Syukron
Nasihatyang disampaikan Imam Syafi'at begitu mencerahkan kehidupan umat Islam di dunia. Terdapat beberapa nasihat emas dari Imam Syafi'i untuk umat Islam. Diantaranya, ia memberikan nasihat kepada para pencari ilmu. "Bila kau tak mau merasakan lelahnya belajar, maka kau akan menanggung pahitnya kebodohan". (Imam Syafi'i)
Vay Nhanh Fast Money. mezuzah also mezuza mə-zo͝oz′ə, -zo͞o-zä′n. pl. mezuzahs also mezuzas -zo͝oz′əz or mezuzot -zo͞o-zôt′1. A small piece of parchment inscribed with the biblical passages Deuteronomy 64-9 and 1113-21 and marked with the word Shaddai, a name of the Almighty, that is rolled up in a container and affixed by many Jewish households to their door frames in conformity with Jewish law and as a sign of their The container that holds this piece of Heritage Dictionary of the English Language, Fifth Edition. Copyright © 2016 by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. Published by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. All rights məˈzʊzə; -ˈzuː-; Hebrew məzʊˈzɑ; Yiddish məˈzʊzə n, pl -zuzahs or -zuzoth Hebrew -zuˈzɔt 1. Judaism a piece of parchment inscribed with biblical passages and fixed to the doorpost of the rooms of a Jewish house2. Judaism a metal case for such a parchment, sometimes worn as an ornament[from Hebrew, literally doorpost]Collins English Dictionary – Complete and Unabridged, 12th Edition 2014 © HarperCollins Publishers 1991, 1994, 1998, 2000, 2003, 2006, 2007, 2009, 2011, 2014me•zu•zah art at miasma or me•zu•za məˈzʊz ə, -ˈzu zə n., pl. -zu•zoth, -zu•zot -zuˈzɔt -zu•zahs or -zu• a parchment scroll inscribed with Deut. 64–9 and 1113–21 and with the word Shaddai a name for God, inserted in a case and attached to the doorpost of the home. [1640–50; < Hebrew məzūzāh literally, doorpost] Random House Kernerman Webster's College Dictionary, © 2010 K Dictionaries Ltd. Copyright 2005, 1997, 1991 by Random House, Inc. All rights reserved.
قَالَ الإِمَامُ الشَّافِعِيُّ المُتَوَفَّى سَنَةَ ٢۰٤ هـ فيِ مَدْحِ السَفَرِ Kata Imam Syafii Wafat 204 H Tentang Pujian Merantau مَا فيِ المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ العَيْشِ فيِ النَصَبِ إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءِ يُفْسِدُهُ إِنْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ وَالأُسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الغَابِ مَا افْتَرَسَتْ وَالسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبِ وَالشَمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي الفُلْكِ دَايِمَةً لَمَلَّهَا النَاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنْ عَرَبِ وَالتِبْرُ كَالتُرْبِ مُلْقًى فِيْ أَمَاكِنِهِ وَالعُوْدُ فِيْ أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنَ الحَطَبِ المُفْرَدَاتُ Kosa Kata عِوَضٌ بَدَلٌ Pengganti أُسْدٌ مف أَسَدٌ Singa الغَابُ Semak belukar السَّهْمُ Anak panah القَوْسُ Busur panah العُجْمُ العَجَمُ Non-Arab التِّبْرُ Emas mentah / biji emas العُوْدُ Kayu gaharu Terjemahan Tidak ada istilah diam dan santai bagi orang yang memiliki akal dan adab. Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah. Merantaulah, niscaya akan kau dapatkan pengganti bagi orang yang kau tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup itu ada dalam usaha. Sesungguhnya aku melihat diamnya air itu membuatnya menjadi buruk. Air itu menjadi baik jika mengalir, dan menjadi buruk jika tidak mengalir. Singa itu jika tidak keluar dari semak-semak, tak akan mendapatkan mangsa. Demikian pula anak panah itu jika tidak melesat dari busurnya, tidak akan mengenai sasaran. Matahari itu kalau menetap di porosnya selamanya. Pasti bosan padanya semua orang, baik dari kalangan Arab maupun non-Arab. Emas mentah itu sama seperti tanah, kalau terus berada di tempatnya. Demikian pula kayu gaharu juga hanya akan menjadi kayu bakar jika menetap di tanah. Syarah / Penjelasan dan Kesimpulan Seorang yang berakal itu tak boleh diam bersantai-santai saja di kampung halamannya, karena ia harusnya tak boleh puas begitu saja dengan pengalaman dan ilmu yang ia dapatkan di kampung halaman sendiri. Hendaklah ia merantau mencari pengalaman dan ilmu baru di tanah orang. Namun ketika ia telah merantau, ia juga tak perlu risau memikirkan orang-orang yang ditinggalkannya di kampung halaman, karena sesungguhnya ia pasti akan menemukan pengganti berupa teman dan para sahabat baru di tanah rantau. Ia juga tak boleh malas untuk berusaha, karena sebenarnya nikmatnya hidup itu justru terletak pada usaha. Karena itu kita sering mendengar orang mengatakan bahwa harta sedikit hasil jerih payah sendiri itu lebih berkah dan lebih berarti daripada harta hasil pemberian cuma-cuma orang lain, wallahu a’lam.. Imam Syafi’i mengibaratkan orang yang merantau itu seperti air mengalir. Maksudnya ialah bahwa air itu jika tidak mengalir, justru akan membusuk di tempat. Air itu harus mengalir untuk menjaga kesegarannya. Demikian pula dengan anak manusia yang tidak pernah pergi ke mana-mana, tak akan pernah berkembang menjadi lebih baik. Singa itu jika tidur saja di sarangnya di dalam hutan dan tidak berkelana ke mana-mana akan mati kelaparan karena tak akan mendapatkan mangsa. Sama halnya dengan anak panah yang tak pernah meninggalkan busur panah, maka tak akan pernah mengenai sasarannya, sepandai apapun orang yang memegang busur tersebut. Selain itu, matahari yang bersinar menyinari bumi itu tak akan indah tanpa adanya perputaran bumi yang menyebabkan adanya pergantian siang dan malam, karena manusia itu adalah makhluk yang cepat bosan terhadap sesuatu yang jalan di tempat’ dan tak mengalami perubahan. Sementara itu emas mentah yang tercampur dengan tanah, akan selamanya menjadi bagian dari tanah’ itu jika ia tidak dipisahkan darinya. Demikian pula dengan kayu gaharu yang bernilai ekonomis tinggi hanya bernilai seperti kayu bakar saja jika ia tetap berada dalam tumpukan batang-batang kayu lainnya dan tak pernah diolah menjadi komoditas berharga. Sama halnya dengan anak manusia yang tak pernah merantau meninggalkan kampung halamannya, maka bisa jadi banyak sekali potensi dan keunggulannya yang terkubur begitu saja’ dan mungkin tak akan pernah diketahui orang banyak, akhirnya ia pun hanya dianggap sebagai salah satu pemuda kampung’ saja, diperlakukan sama seperti awam/masyarakat umum’ lainnya, walaupun dalam dirinya terdapat segudang potensi yang sebenarnya dapat dikembangkan.
apabila ada pertanyaan yang berbunyi, sebutkan apa saja 6 syarat untuk menuntut ilmu menurut Imam Syafii, maka anda dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan membaca postingan dibawah ini. Informasi tentang 6 persyaratan dalam menuntut ilmu menurut Imam Syafi’I yang tertuang dalam mahfudzot kata kata mutiara arab yang terkenal di kalangan santri pondok pesantren dan menjadi materi dalam mapel PAI Kelas VII 1 SLTP/MTs. – assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, dalam mapel PAI kelas VII bab VI Dengan Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih Mudah sub Bab Kandungan ar-Rahman/55 33 serta Hadis Terkait terdapat kata mutiara arab yang disebut dengan mahfudzot. baca Penjelasan Isi Kandungan Surat Ar-Rahman ayat 33 Didalamnya mengandung makna bahwa orang yang hendak menuntut ilmu, menurut Imam Syafi’i perlu persyaratan yang enam ini. Adapun 6 syarat menuntut ilmu menurut Imam Syafi’i adalah kecerdasan,sungguh-sungguh,sabar,biaya,petunjuk guru,dan waktu yang lama. Bagaimana bunyinya kata mutiara mahfudzot dari Imam Syafi’I tentang syarat menuntut ilmu? Mahfudzot syarat Menuntut ilmu Imam Syafi’i Berikut teks arab tulisan latin beserta terjemah artinya dalam bahasa Indonesia لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ، ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَ بُلْغَةٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ Tulisan teks latin Akhii lan tanaalal ilma illaa bisittatin, saunbikka an tafshiilihaa bibayaanin, dzakaaun, wa hirsun wajtihaadun wa bulghotun wa suhbatul ustaadzi wa tuulu zamaanin Artinya “Saudaraku,engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.” Catatan, dalam beberapa sumber ada perbedaan kata bulghotun diganti dengan kata dirhamun. baca Kandungan surat Al Mujadalah ayat 11 Dalam buku PAI untuk kelas VII SMP dikatakan bahwa Ungkapan Imam Syafi’i di atas penting diketahui oleh orang-orang yang sedang asyik menuntut ilmu. Cara ini perlu dilakukan agar berhasil. Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama. Penjelasan tentang syarat menuntut ilmu berdasarkan kalimat mutiara imam Syafii Berikut adalah sedikit ulasan dan penjelasan tentang 6 syarat menuntut ilmu sebagaimana telah dituliskan diatas yang akan diurai satu persatu. ذَكَاءٌ artinya Kecerdasan Syarat pertama yaitu ذَكَاءٌ zakaaun yang artinya kecerdasan. Seorang yang hendak menuntut ilmu disyaratkan memiliki kecerdasan kemampuan untuk menangkap materi pelajaran atau ilmu yang disampaikan, didapatkan dengan pengalaman riset dan lain sebagainya. Tanpa adanya kemampuan menangkap ilmu yang didapat maka akan menjadi kesulitan bagi penuntut ilmu untuk menguasai keilmuan yang di inginkan. حِرْصٌ artinya kemauan yang kuat Dalam mencari ilmu tentu diperlukan semangat dan kemauan untuk menguasai keilmuan yang di inginkan. Apabila tidak ada kemauan yang kuat dari orang yang menuntut ilmu maka kelakuannya untuk mendapatkan ilmu tidak bisa maksimal. Dengan begitu apabila hendak mencari ilmu dan berhasil menguasai materi yang dipelajari maka harus ada kemauan yang sangat kuat dari diri orang tersebut. اجْتِهَادٌ artinya bersungguh-sungguh Selain kemauan yang kuat, komponen yang lain yaitu kesungguhan dalam mencarinya atau bersungguh – sungguh untuk mendapatkan ilmu tersebut. Macam macam cara yang menunjukkan kesungguhan pencarian ilmu seperti rajin belajar, giat mengerjakan tugas, banyak membaca, rutin membuat percobaan dan lain sebagainya. Tentunya semangat dan kemauan yang kuat tidak banyak berarti apabila dalam menuntut ilmu tidak dengan kesungguhan dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. بُلْغَةٌ artinya perbekalan yang cukup Kesungguhan menuntut ilmu membuat keniscayaan memerlukan biaya, bagi yang memang hendak menuntut ilmu maka perlu dipersiapkan perbekalan yang memadai. Entah biaya transportasi, uang SPP, dana untuk penelitian, membeli buku dan peralatan maupun ragat membayar guru dan gaji tempat belajar seperti pada sekolah swasta yang relatif tidak murah. Jika perbekalan kurang mencukupi maka proses pencarian ilmu bisa terganggu dan tersendat. صُحْبَةُ أُسْتَاذٍ artinya kedekatan dengan guru Untuk mencapai keilmuan yang bagus maka salah satu cara tercepat yaitu dengan belajar kepada ahlinya. Dengan sering berkumpul dan banyak menemani guru alias sang ahli dalam bidang yang kita pelajari bisa memaksimalkan potensi transfer keilmuan kepada anda. Kira-kira Seperti dalam lagu milik Cak Nun Emha Ainun Najib yang berjudul “tombo ati” dalam rangkaian kalimat wong kang soleh kumpulono dan berkumpullah dengan orang yang soleh. طُوْلُ زَمَانٍ artinya waktu yang lama Apabila memang berniat sungguh sungguh dalam menuntut ilmu maka tidak hanya cukup dalam sehari dua hari seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, akan tetapi bertahun tahun. Begitulah informasi tentang syarat menuntut ilmu yang berjumlah 6 menurut Imam Syafi’i yang tertuang dalam kata mutiara mahfudzot arab yang dilengkapi tulisan latin teks arab dan terjemah bahasa wa rahmatullahi wa barakaatuh.
– Berikut di dalam artikel ini disajikan mahfudzot sebagaimana yang dikatakan Imam Syafi’i. Adapun mahfudzot ini menceritakan pengalaman Imam Syafi’i disaat ia susah menghafal dan mengadukan kepada gurunya. Mendengar ucapan Imam Syafi’i tersebut, gurunya pun berpesan untuk menghindari maksiat walaupun dosa tersebut kecil. Menurut beberapa riwayat, maksiat’ yang dimaksud oleh Imam Syafi’i di sini adalah beliau pernah secara tidak sengaja melihat betis seorang wanita yang pakaiannya tersingkap oleh angin. Baca Juga Apakah Boleh Menikah Di usia 23 Tahun? Ustadz Khalid Basalamah Tidak Ada Alasan untuk Menunda Pernikahan Baca Juga Khutbah Jum'at Terbaru tentang Takwa dan Rezeki, Sesungguhnya Dialah Maha Pemberi Rezeki Maka pelajaran yang bisa kita ambil dari Imam Syafi’i ialah menghindari dosa dan maksiat dalam menuntut ilmu. Berikut mahfudzot yang bersumber dari perkataan Imam Syafi’i قَالَ الْإِمَامُ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ Telah berkata Imam Syafi’i Radhiyallahu Anhu شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ فَأَرْشَدَنِيْ إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِيْ Aku telah mengadukan kepada Waki’ lemahnya hafalanku, Maka beliaupun membimbingku untuk meninggalkan maksiat. Baca Juga Mahfudzot Keutamaan Orang yang Berilmu Ajakan untuk Menuntut Ilmu Terkini
JAKARTA - Imam Syafi'i merupakan salah satu ulama kelahiran Palestina yang memiliki peran penting dalam sejarah pemikiran Islam. Dia dilahirkan di Ghaza pada pada 150 Hijriyah dan meninggal dunia di Fusthat, Mesir, pada 204 Hijriyah atau 819 Masehi. Dialah sang peletak dasar mazhab fikih Syafii, salah satu dari empat mazhab yang dianut kalangan ahlus sunnah wa al-jama'ah Aswaja. Selain itu, Imam Syafii juga seorang sastrawan dan penyair. Telah banyak karyanya yang dijadikan buku. Setiap syair-syair atau kata-kata Imam Syafii selalu mempunyai makna bijak yang bisa menjadi diteladani umat Islam. Dalam buku berjudul Mahfudzhat yang disusun oleh tim Rene Islam mengutip salah satu syair pujian Imam Syafi’i tentang merantau. Berikut syair Imam Syafi’i yang ditulisnya dalam bahasa Arab. ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِبِ سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ إِن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً لَمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran Matahari kalau berada di porosnya selamanya Niscaya semua orang, baik Arab maupun non-Arab pasti bosan Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah
mahfudzot imam syafi i