Promosikesehatan pada ibu melahirkan meliputi beberapa aspek yaitu: 1. Mengkaji Kesejahteraan Wanita Selama Persalinan. Ketika awitan persalinan spontan, biasanya wanita tersebutlah yang memulai perawatan, baik dengan meminta penolong kelahiran datang atau dengan melakukan atau dengan melakukan persiapan ke fasilitas kesehatan. Tanggung jawab Anemiadalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013). Eritropoesisdapat menigkat sampai lebih dari 5 kali pada anemia berat atau hipoksia. Pada individu normal tanpa defisiensi Fe jumlah Fe yang diabsoprsi 5-10% atau sekitar 0,5-1 mg/hari. Absorpsi Fe meningkat bila cadangan rendah atau kebutuhan Fe meningkat. Absorpsi meningkat menjadi 1-2 mg/hari pada wanita menstruasi, dan pada wanita hamil Makalahanemia pada ibu hamil BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2002 hal 90). Anemiaberdampak bagi kesehatan tubuh. Gejala-gejala seperti pusing, cepat letih, lemas, tidak bersemangat, mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, sesak napas, daya tahan tubuh menurun, nafsu makan yang turun, bahkan sampai pingsan merupakan tanda awal yang segera harus diwaspadai agar tidak membahayakan kesehatan Ibu dan janin. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit sickle cell trait dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain misalnya, preeklampsia dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi Arias, 1993. Dua puluh persen 20% sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah asuhan Keperawatan untuk pasien anemia serta konsep penyakit anemia pada ibu Hamil. 1 TUJUAN Tujuan Umum Untuk memahami dan mempelajari mengenai asuhan keperawatan untuk pasian anemia pada ibu hamil. Tujuan Khusus Untuk dapat mengaplikasikan bagaimana asuhan keperwatan yang benar pada pasien Anemia khususnya pada ibu hamil. METEDOLOGI PENULISAN Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literature di internet,jurnal,dan buku. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin Hb, hematokrit atau hitung eritrosit red cell count berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. Sudoyo Aru,dkk 2009 Anemia Pada kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Wiknjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II Saifuddin, 2002. Center for deases control and preventionCDC mendefenisikan anemia pada kehamilan sebagai kadar hemoglobin lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 d/dL pada trimester keduaLeveno,2009. Berdasarkan WHO, anemia pada ibu hamil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%manuaba, 2007. Dapat disimpulkan bahwa anemia pada kehamilan adalah penurunan kadar sel darah merah Hb dibawah rentang normal,Anemia diindikasikan bila hemoglobin Hb kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. ETIOLOGI 3 Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi Safuddin, 2002. Menurut Mochtar 1998 penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut 1. Kurang gizi malnutrisi 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lainlain KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar 1998, adalah sebagai berikut 1. Anemia Defisiensi Zat Besi anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia Saifuddin, 2002. b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua Wiknjosastro, 2002. Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg 20 mg intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% Manuaba, 2001. Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan 4 minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut 1 Hb 11 gr% Tidak anemia 2 Hb 9-10 gr% Anemia ringan 3 Hb 7 – 8 gr% Anemia sedang 4 Hb < 7 gr% Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil Manuaba, 2001. 2. Anemia Megaloblastik Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya a. Asam folik 15 – 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik 5 Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis destruksi pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah disolusi terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah hemolisis segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin Hb dan sel darah merah eritrosit. Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ pentin 6 MANIFESTASI KLINIS ANEMIAPADA IBU HAMIL Tanda dan Gejala anemia pada kehamilan yaitu 1. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk 2. Pusing atau kelemahan 3. Sakit kepala 4. Lesi pada mulut dan lidah 5. Aneroksia,mual, atau muntah 6. Kulit pucat 7. Mukosa membrane atau konjung tiva pucat 8. Dasar kuku pucat 9. Takikardi PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN 1. Jumlah darah lengkap JDL hemoglobin dan hemalokrit menurun 2. Jumlah eritrosit menurun AP, menurun berat aplastik; MCV molume korpuskular rerata dan MCH hemoglobin korpuskular rerata menurun dan 7 mikrositik dengan eritrosit hipokronik DB, peningkatan AP. Pansitopenia 3. aplastik. Jumlah retikulosit bervariasi, misal menurun AP, meningkat respons 4. sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis. Pewarna sel darah merah mendeteksi perubahan warna dan bentuk dapat 5. mengindikasikan tipe khusus anemia. LED Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal 6. peningkatan kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup 7. lebih kerapuhan eritrosit menurun DB. SDP jumlah sel total sama dengan sel darah merah diferensial mungkin meningkat hemolitik atau menurun aplastik. Jumlah trombosit menurun caplastik; meningkat DB; normal atau tinggi 8. hemolitik Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum tak terkonjugasi meningkat AP, hemolitik. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum tak ada DB; tinggi hemolitik TBC serum meningkat DB Feritin serum meningkat DB Masa perdarahan memanjang aplastik LDH serum menurun DB Tes schilling penurunan eksresi vitamin B12 urine AP Guaiak mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis DB. 16. Analisa gaster penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas AP. 17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal peningkatan megaloblas AP, lemak sumsum dengan penurunan sel darah aplastik. 18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik memeriksa sisi perdarahan perdarahan GI Doenges, 1999. 8 PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan umum 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan. 2. Anemia pernisiosa pemberian vitamin B12 3. Anemia asam folat asam folat 5 mg/hari/oral 4. Anemia karena perdarahan mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah. AKIBAT LANJUTAN Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami 1. 2. 3. 4. 5. Keguguran. Lahir sebelum waktunya Berat Badan Lahir Rendah BBLR. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan. Dapat menimbulkan kematian. 9 10 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh Boedihartono, 1994. Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi pada penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial. 1. Identitas Klien dan keluarga penanggung jawab a. Nama b. Umur c. Jenis kelamin Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zatbesi wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil. d. Pekerjaan Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit. e. Hubungan klien dengan penanggung jawab f. agama g. Suku bangsa h. Status perkawinan i. Alamat j. Golongan darah 2. Keluhan Utama keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunangkunang. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. Ignatavicius, Donna D, 1995. 4. Riwayat Penyakit Dahulu 11 Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia. tulang 5. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik Ignatavicius, Donna D, 1995. 6. Riwayat Psikososial Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat Ignatavicius, Donna D, 1995 7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual Pengkajian pasien dengan anemia Doenges, 1999 meliputi a. Aktivitas / istirahat Gejala keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. b. Sirkulasi Gejala riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat DB, angina, CHF akibat kerja jantung berlebihan. Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi takikardia kompensasi. Tanda TD peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung murmur sistolik DB. Ekstremitas warna pucat pada kulit dan membrane mukosa konjuntiva, mulut, faring, bibir dan dasar kuku. catatan pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti berlilin, pucat aplastik, AP atau kuning lemon terang AP. Sklera biru atau putih seperti mutiara DB. Pengisian kapiler melambat penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok 12 koilonikia DB. Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara c. premature AP. Integritas ego Gejala keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda depresi. d. Eleminasi Gejala riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi DB. Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda distensi abdomen. e. Makanan/cairan Gejala penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi DB. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ulkus pada faring. Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya DB. Tanda lidah tampak merah daging/halus AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12. Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas DB. Stomatitis dan glositis status defisiensi. Bibir selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. DB. f. Neurosensori Gejala sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki AP ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik hemoragis retina aplastik, AP. Epitaksis perdarahan dari lubang-lubang aplastik. Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis AP. g. Nyeri/kenyamanan Gejala nyeri abdomen samara sakit kepala DB h. Pernapasan Gejala riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda takipnea, ortopnea, dan dispnea. i. Keamanan 13 Gejala riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. j. Ptekie dan ekimosis aplastik. Seksualitas Gejala perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore DB. Hilang libido pria dan wanita. Imppoten. Tanda serviks dan dinding vagina pucat. 8. Pemeriksaan Fisik a. Gambaran Umum Perlu menyebutkan 1 Kesadaran penderita apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. 2 BB sebelum sakit 3 BB saat ini 4 BB ideal 5 Status gizi 6 Status Hidrasi 7 Tanda-tanda vitalTD,Nadi,Suhu dan RR b. Pmeriksaan head toe toe 1 KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak adapenonjolan, tidak ada nyeri kepala. 2 Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada. 3 MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema. 4 MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis karena tidak terjadi perdarahan 5 TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. 6 Hidungtak ada pernafasan cuping hidung. 7 Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. 8 ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris. 9 Paru Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru. Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama. 14 Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya. Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi. 10 Jantung Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung. Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba. Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur. 11 Abdomen Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba. Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi ; Peristaltik usus normal  20 kali/menit. 12 Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB. 13 Ekstremitas ; 9. Pemeriksaan Diagnostik a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal. b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia. c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia. d. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia. e. Tes darah termasuk berarti sel volume MCV dan lebar distribusi sel darah merah RDW. f. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal. g. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini. h. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia. 15 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia 3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat mis penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi 4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. INTERVENSI KEPERAWATAN Dx1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen Tujuan/Kriteria hasil Melaporkan peningkatan toleransi aktivitastermasuk aktivitas sehari-hari. Intervensi 1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal. 2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. 3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas. 4. Berikan lingkungan tenang 5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. 6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi. Rasional 1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan 2. Menunjukkan perubahan neurologi karena B12mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera. 3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung defesiensi dan paru vitamin untuk membawajumlah oksigen adekuat ke jaringan. 4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. 5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera. 16 6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan. Dx2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan. Tujuan/Kriteria hasil Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. Intervensi 1. 2. 3. 4. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan pasien. Timbang berat badan tiap hari. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan. 5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. 7. Kolaborasi obat sesuai indikasi, dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin vitamin B12, asam folat Flovite; asam askorbat vitamin C, 2. Besi dextran IM/IV. Rasional 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. 5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia hipoksia pada organ. 6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. 7. Kolaborasi 17 penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi. 2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif. Dx3 Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat mis penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi. Tujuan/Kriteria hasil Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka. Tingkatkan masukan cairan adekuat. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam Kolaborasi berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik. Rasional 1. Mencegah kontaminasi silang. 2. Menurunkan resiko infeksi bakteri. 3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh. 4. Adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. 5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local. Dx4 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. Tujuan/Kriteria hasil Intervensi 1. 2. 3. 4. 5. 6. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul. Monitor adanya paretase Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi Gunakan sarung tangan untuk proteksi Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung Kolaborasi pemberian analgetik 18 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi hemoglobin menurun. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Wiknjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada 19 trimester II Saifuddin, 2002. Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah Hb dibawah rentang normal, Anemia diindikasikan bila hemoglobin Hb kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil atau kurang dari 10 g/dl pada wanita hamil. 20 DAFTAR PUSTAKA Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta EGC M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta EGC Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan NANDA. Prawirohardjo, Nasional Pelayanan Kesehatan Meternal dan Bina Pustaka. Doenges, Marilynn E, Asuhan Keperawatan 21 100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 6 votes8K views21 pagesMakalah Anemia Pada Ibu HamilJump to Page You are on page 1of 21 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 15 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Page 19 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Anemia defisiensi folat terjadi ketika tubuh kekurangan asupan asam folat vitamin B9 dari makanan. Anemia jenis ini juga bisa terjadi akibat malabsorpsi. Malabsorpsi artinya tubuh tidak dapat menyerap asam folat secara efektif sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan pencernaan, seperti penyakit celiac. Asam folat merupakan nutrisi yang penting untuk menjaga kesehatan agar menghindari kondisi ini. Fungsi asam folat yaitu untuk membentuk protein baru di dalam tubuh yang menghasilkan sel darah merah dan membentuk DNA pada janin. Mencukupi kebutuhan asam folat dapat mencegah risiko bayi terlahir mengalami cacat tabung saraf seperti spina bifida dan anencephaly hingga 72 persen. 3. Anemia defisiensi vitamin B12 Vitamin B12 diperlukan tubuh untuk membantu produksi sel darah merah. Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan tinggi vitamin B12, gejala anemia pada ibu hamil bisa muncul sebagai akibatnya. Gangguan pencernaan seperti penyakit celiac dan Crohn juga dapat mengganggu kerja tubuh menyerap vitamin B12 dengan baik. Selain itu, kebiasaan minum alkohol saat hamil juga dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil jenis defisiensi vitamin B12. Gejala anemia pada ibu hamil Gejala anemia pada ibu hamil bisa tidak terlihat sehingga tak jarang diabaikan begitu saja. Namun, seiring bertambahnya usia kehamilan, gejalanya bisa semakin memburuk. Kenali dan waspadai gejala anemia pada ibu hamil di bawah ini. Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus Pusing Sesak napas Detak jantung cepat atau tidak teratur Sakit atau nyeri dada Warna kulit, bibir, dan kuku memucat Tangan dan kaki dingin Sulit berkonsentrasi Penyebab anemia pada ibu hamil Anemia merupakan kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, lebih rendah daripada batas normalnya. Melansir Mayo Clinic, kondisi ini juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan darah merah dapat menyebabkan cepat merasa lelah atau lemah karena organ dalam tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami gejala lain, seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala. Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan dipengaruhi perubahan hormon tubuh yang mengubah proses produksi sel-sel darah. Beberapa kondisi kesehatan selain anemia seperti perdarahan, penyakit ginjal, dan gangguan sistem imun tubuh juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah. Faktor yang meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil Anemia dapat terjadi pada siapa pun, tapi ibu hamil termasuk orang yang paling rentan mengalaminya. Semua wanita hamil berisiko mengalami anemia. Anemia disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu mencukupi kebutuhan pasokan darah, zat besi, dan asam folat yang lebih banyak dari biasanya semasa kehamilan. Anemia juga berisiko pada ibu yang memiliki kondisi di bawah ini. Sedang hamil kembar. Semakin banyak bayi yang dikandung, semakin banyak darah yang dibutuhkan. Dua kali hamil dalam waktu berdekatan. Muntah dan mual di pagi hari morning sickness. Hamil di usia remaja. Kurang mengonsumsi makanan kaya zat besi dan asam folat. Sudah memiliki anemia sejak sebelum hamil. Bahaya anemia pada ibu hamil dan janin Penyakit yang sering disebut dengan istilah kurang darah ini bukanlah kondisi yang bisa sembuh dengan sendirinya. Apabila jumlah sel darah merah dalam tubuh terlalu sedikit, ibu dan janin dapat kekurangan gizi dan oksigen yang akan membahayakan keselamatan mereka. Anemia yang parah saat trimester pertama dilaporkan dapat meningkatkan berbagai masalah di bawah ini. Risiko janin lambat atau janin tidak berkembang dalam kandungan Bayi lahir prematur Memiliki berat badan rendah saat lahir BBLR Nilai APGAR score yang rendah Anemia pada ibu hamil yang parah juga bisa menyebabkan kerusakan organ vital seperti otak dan jantung hingga kematian. Selain itu, anemia dikaitkan dengan risiko keguguran meski belum benar-benar ada penelitian valid yang bisa memastikannya. Kondisi anemia yang dibiarkan terus berlanjut tanpa pengobatan akan memperbesar risiko ibu kehilangan banyak darah selama melahirkan. Kondisi yang membuat ibu hamil perlu transfusi darah Kapan saat yang tepat untuk ibu hamil menerima transfusi darah? Anemia dikatakan masuk stadium berat dan perlu dibawa ke UGD ketika kadar Hb kurang dari 7 g/dL. Ibu hamil dengan kadar Hb sekitar 6 – 10 g/dL juga direkomendasikan mendapatkan transfusi darah segera apabila memiliki riwayat perdarahan postpartum atau gangguan hematologis sebelumnya. Transfusi dibutuhkan apabila anemia menyebabkan kadar Hb ibu hamil turun drastis hingga di bawah 6 g/dL dan Anda akan melahirkan kurang dari 4 minggu. Target transfusi pada ibu hamil secara umum adalah Hb > 8 g/dL Trombosit > /uL Prothrombin time PT 1,0 g/l Namun yang harus diingat, keputusan dokter untuk melakukan transfusi darah tidak semata-mata hanya dengan melihat kadar Hb pada ibu hamil normal atau tidak normal saja. Jika menurut dokter kehamilan Anda stabil alias tidak berisiko meski kadar Hb kurang dari 7 g/dL, Anda tidak memerlukan transfusi darah. Hal tersebut dikutip dari Joint United Kingdom Blood Transfusion and Tissue Transplantation Services Professional Advisory Committee JPAC. Cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil Risiko anemia dalam kehamilan dapat dicari tahu lewat tes darah saat cek kandungan saat trimester pertama. Tes ini juga sangat disarankan bagi setiap ibu hamil yang berisiko atau tidak pernah menunjukkan gejala anemia pada awal kehamilannya. Tes darah biasanya meliputi tes hemoglobin mengukur jumlah Hb dalam darah dan tes hematokrit mengukur persentase sel darah merah per sampel. Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan CDC di Amerika Serikat mengatakan ibu hamil dikatakan memiliki anemia jika kadar hemoglobinnya Hb pada trimester pertama dan ketiga kurang dari 11 gr/dL atau hematokritnya Hct kurang dari 33 persen. Sementara anemia di trimester kedua terjadi ketika kadar Hb kurang dari 10,5 g/dL atau Hct kurang 32 persen setelah dites. Dokter Anda mungkin akan perlu menjalankan tes darah lain untuk memastikan apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau karena penyebab lain. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menganjurkan setiap ibu hamil menjalani tes darah, termasuk cek kadar Hb. Idealnya satu kali saat pemeriksaan kandungan pertama di trimester kedua dan sekali lagi pada trimester ketiga. Ini untuk mengetahui apakah Anda mengalami anemia yang kerap terjadi pada ibu hamil. Dokter kandungan nantinya mungkin juga merujuk Anda ke ahli hematologi dokter spesialis masalah dan penyakit darah. Hematolog dapat membantu mengendalikan anemia. Cara mengatasi anemia pada ibu hamil Untuk mengatasi anemia dalam kehamilan, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan. 1. Makan makanan bernutrisi khusus Dokter mungkin menyarankan agar Anda mengonsumsi makanan bernutrisi dan bergizi, khususnya yang kaya zat besi dan asam folat setiap hari. Mulanya Anda hanya akan membutuhkan tambahan 0,8 mg zat besi per hari di trimester pertama, hingga 7,5 mg per hari pada trimester ketiga. Sementara itu, peningkatan asupan asam folat per trimeser biasanya berkisar dari 400 – 600 mcg per hari, tergantung anjuran dokter. Melansir American Pregnancy Association, di bawah ini merupakan makanan tinggi zat besi untuk mengatasi anemia pada ibu hamil. Daging sapi atau unggas rendah lemak yang dimasak matang Makanan laut seperti ikan, cumi, kerang, dan udang yang dimasak matang Telur yang dimasak matang Sayuran hijau, misalnya bayam dan kangkung Kacang polong Produk susu yang telah dipasteurisasi Kentang Gandum Sementara itu, di bawah ini merupakan makanan tinggi folat untuk anemia pada ibu hamil. Sayuran daun hijau, seperti bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau, atau selada Keluarga jeruk Alpukat, pepaya, pisang Kacang-kacangan, seperti kacang polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau Biji bunga matahari kuaci Gandum Kuning telur 2. Mengonsumsi vitamin C lebih banyak Kondisi ini diatasi dengan mengonsumsi sayur dan buah tinggi vitamin C, seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, kembang kol, tomat, dan paprika. Vitamin C membantu tubuh menyerap zat besi dari makanan secara lebih efisien. Kebutuhan vitamin C harian juga dapat dipenuhi dengan minum suplemen vitamin C, tetapi sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter agar pengobatan terkontrol dengan baik. Namun, mencukupi asupan gizi dari makanan saja mungkin tidak akan cukup buat ibu hamil. Maka, Anda perlu melakukan langkah selanjutnya untuk mengurangi risiko. 3. Minum suplemen Sebagai langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil, dokter akan menyarankan Anda untuk mulai minum suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat sebagai tambahan vitamin prenatal. Ibu hamil juga bisa minum suplemen sebelum tidur untuk mengurangi risiko mual setelahnya. Jangan lupa minum banyak air setelah menelan vitamin untuk mengurangi anemia pada wanita hamil. CDC merekomendasikan ibu hamil yang memiliki anemia untuk mengonsumsi suplemen besi sebanyak 30 mg per hari sejak cek kandungan pertama kali untuk mencegah anemia defisiensi besi. Sementara untuk suplemen folat anemia pada wanita hamil, WHO dan Kemenkes RI merekomendasikan minum dosisnya sebanyak 400 mcg/hari. Sebaiknya hal ini dilakukan sesegera mungkin begitu akan merencanakan kehamilan dan terus berlanjut hingga 3 bulan setelah melahirkan. Cara mencegah anemia pada ibu hamil Melansir Maternal and Child Health Integrated Program, salah satu cara efektif mencegah anemia pada ibu hamil yaitu mengonsumsi suplemen zat besi. Simak pencegahan anemia saat hamil yang dapat mulai dilakukan dengan mengatur pola makan menjadi lebih baik di bawah ini. Mengonsumsi suplemen asam folat dan zat besi 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi daging, ayam, ikan, telur, dan gandum. Memakan makanan yang kaya akan asam folat kacang kering, gandum, jus jeruk, dan sayuran hijau. Mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung vitamin C buah dan sayur yang segar. Perhatikan juga bahwa zat besi dari sumber makanan hewani, seperti daging, dapat terserap tubuh lebih baik dibanding zat besi dari sayuran atau buah. ABTRAKSI Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. 2 World Health Organization WHO melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia Susenas dan Survei Depkes-Unicef dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan dan pertumbuhan janin. Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi 43,1%. Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi p = 0,03, vitamin A p =0,004 dan status gizi LILA p = 0,003. 7 Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi.

makalah anemia pada ibu hamil